Selasa, 22 Oktober 2013

Syekh Abdurrahman Shiddiq Al-Banjari Sapat Indra Giri

Syekh Abdurrahman Shiddq Al-Banjari Sapat Indra Giri dilahirkan ditahun 1857 M, di desa Dalam Pagar Martapura kalimantan Selatan, beliau lahir di akhir masa pemerintahan Sultan Adam Al-Watsiq billah bin sultan Sulaiman Al-Mu'tamidillah, ayah beliau adalah Syekh Muhammad Afif (Datu Landak) bin Anang Mahmud bin H. Jamaluddin bin Kyai Dipasunda bin Pardi (Pangeran Diponogoro), sedang ibunya adalah Syafura binti Mufti H.Muhammad Arsyad Lamak Pagatan bin Mufti H.Muhammad As'ad putra Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, ketika beliau berusia 3 bulan ibunya meninggal dunia dan kemudian diasuh oleh saudari ibunya yang bernama Sa'idah,didalam asuhan bibinya dan juga nenek kakeknya (Syekh Muhammad Arsyad Lamak), kakeknya ini meinggal ketika usianya baru sekitar satu tahun dan mulai saat itu hingga dewasa beliau diasuh oleh neneknya yang bernama Ummu Salamah, neneknya ini adalah seorang perempuan sholeh yang berilmu pengetahuan dan suka beribadah, maka dalam pemeliharaannya itu Abdurrahman kecil di didik serta diajari membaca Al-Qur'an,kemudian setelah dewasa barulah beliau disuruh belajar ilmu agama ke Dalam Pagar Martapura,guru guru beliau di Dalam Pagar antara lain :
- KH. Muhammad Said Wali                                                                                                       
- KH. Muhammad Khatib
- KH. Abdurrahman Muda

Setelah sekian lama belajar dikampung halaman maka beliau berkeinginan menuntut ilmu ketanah suci, menurut riwayat sebelum beliau pergi ke Tanah Suci Mekkah beliau berdagang emas perak dan permata hingga keluar daerah hingga ke Pulau Bangka, Sumatera Selatan, padang Sumatera Barat, setelah dirasa cukup oleh beliau untuk melaksanakan cita cita beliau menuntut ilmu ke Tanah Suci dengan ijin dari orang tua dan keluarganya akhirnya pada tahun 1887 M beliau berangkat ke Tanah Suci Mekkah, diantara guru guru beliau di Mekkah adalah :
- Sayyid Bakri Syatha
- Sayyid Ahmad Zaini Dahlan
- Syekh Muhammad Sa'id Ba Bashil
- Syekh Nawawi Al-Bantani

Beliau bermukim di Mekkah sekitar 7 tahun, 5 tahun belajar ilmu agama 2 tahunnya beliau mengajar (tawliah)di Masjidil Haram,dan pada waktu disana lah salah satu gurunya menambahkan nama dibelakang dengan Ash-Shiddiq,dalam salah satu riwayat beliau pulang ke kampung pada tahun 1894 M setelah mendapatkan ijin dari guru guru beliau,beliau pulang ke Indonesia dengan salah satu sahabatnya di Mekkah yaitu Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, setelah sampai di Batavia mereka berpisah menuju daerah masing masing,kedatangan Syekh Abdurrahman Shiddiq disambut dengan sangat meriah oleh masyarakat dan sanak kerabat beliau,walaupun ada sedikit kesedihan karena orang yang selama ini mengasuh beliau yaitu neneknya telah berpulang ke Rahmatullah waktu beliau masih menuntut ilmu di Mekkah, dan setelah setahun beliau berada di Martapura Kalimantan Selatan beliau pindah ke Sumatera bersama keluarganya.

Indra Giri adalah sebuah kerajaan yang terletak di kepulauan Riau (sumatera) dulu ke Sultanan nya dibawah Sultan Kerajaan Johor Malaysia, disini lah beliau memilih tinggal di sebuah kampung yang bernama Sapat,dikampung ini beliau membuka lahan pertanian dan perkebunan serta membuat irigasi untuk pengairan sawah sawah,dengan demikian banyaklah orang orang berpindah kekampung ini dan akhirnya ramailah kampung tersebut dan ramailah penduduknya, namun hal ini tidaklah melupakan beliau untuk mengajarkan ilmu ilmunya kepada masyarakat setempat hingga masyhur lah nama beliau kesegenap pelusuk negri,hingga pada suatu hari datanglah utusan dari Istana Kerajaan Negri Indra Giri menemuinya untuk menyampaikan undangan dari Sultan Mahmud Syah supaya beliau berkunjung ke Istana Kerajaan, pada saat pertemuan mereka Sultan meminta beliau supaya mau menjadi Mufti Kerajaan Indera Giri karena keluasan ilmu beliau,pada mulanya beliau menolak, memang sebelum nya iya juga pernah ditawarkan jabatan Mufti oleh gurunya yaitu oleh Habib Utsman bin Yahya Betawi Jakarta yang pada saat itu menjabat sebagai Mufti,tapi tawaran itu beliau tolak dengan halus, adapun di Indera Giri Sultan Mahmud Syah berulang kali mengharap beliau agar menerima tawaran itu, semula ia menolak tapi setelah Sultan memohon dengan berdasarkan kepentingan umat akhirnya beliau menyetujuinya.disamping mengajar dan berdakwah beliau sempat pula mengarang berbagai macam kitab seperti kitab Tauhid, Fiqih, Tasawuf serta kitab kitab lainnya yang berkaitan dengan agama, diantara karangan beliau adalah:
1. Aqa'idul Iman
2. Fathul Alim
3. Amal Ma'rifat
4. Maw'izha lin Nafsi
5. Majmu'ul Ayat wal Hadits
6. Takmilah Qawlul Mukhtashar
7. Asrarus Shalah
8. Kumpulan Khutbah Jum'ad dan Dua Hari Raya
9. Bay'ul Hayawan lil Kafirin
10. Kitabul Fara'idh
11. Syair Ibarat Khabar Kiamat
12. Syajarah al-Arsyadiyyah
13. Pelajaran Agama Islam Untuk Anak-Anak

Menurut salah seorang keturunannya, Selama Syekh Abdurrahman Shiddiq menjabat sebagai Mufti beliau tidak pernah menggunakan gaji jabatannya untuk dirinya,gaji tersebut beliau bagi bagikan kepada orang orang yang memerlukannya,adapun untuk biaya hidup sekeluarga beliau dapat dari hasil kebun dan pertanian beliau sendiri,bahkan dari hasil itu banyak murid murid yang beliau tanggung biaya hidupnya,setelah sekian lama beliau bermukim di Sapat Indera giri, maka terakhir kali ia datang ke Martapura Kalimantan Selatan untuk ziarah ke makam datuknya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari,tak berapa lama setelah kembali ke Sapat Indera Giri beliau pun jatuh sakit, maka pada hari senin tanggal 4 Sya'ban 1356 H ,bertepatan dengan tanggal 10 Maret 1939 M roh nya yang mulia kembali ke Rahmatullah dalam usia 82 tahun, jasadnya dimakamkan di kampung Hidayat Sapat Indera Giri.

Kepergian beliau ke Hadirat Sang Khaliq membawa amal bakti yang tak ternilai harganya,karena dimasa hidupnya yang hanya menuntut ilmu dan beribadah serta mengajak orang orang ke jalan Allah SWT. Subhanallah ...mudah mudahan kita semua dikumpulkan dengan orang orang sholeh di akhirat nanti...amiin Ya Robbal Alamin...cukup sekian yang saya sampai kan, kalau ada kekurangan atau atau kesalahan dalam penulisan riwayat ini alfaqir mohon maaf ampun sebesar besarnya wabillahi taufik wal hidayah assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Sumber : - Riwayat Singkat syekh H.Abdurrahman Shiddiq mufti Indera Giri (Anis Syihab AM)
http://dunia-fortal.blogspot.com/2011/08/syekh-abdurrahman-shiddiq-al-banjari.html

HIZIB AL-BARR

Nama kecil Abu Hasan Al Sadzili adalah Ali dan bergelar Taqiyuddin. Julukannya adalah Abu Hasan ia diakui oleh banyak kalangan sebagai wali yang memiliki banyak karomah semasa hidupnya. Ia lahir di Negeri Maghrib pada tahun 1197 Masehi di sebuah desa yang bernama Ghumarah, di wilayah kota Sabtah. Ia belajar fikih berdasarkan Mazhab Imam Malik. Kemasyhuran Al Sadzili karena ia menguasai beragam ilmu naqli dan aqli yang bermacam-macam dan membuat para syekh, ustad, guru-guru agama, santri berdatangan dan belajar dari segala penjuru.

Diriwayatkan, apabila ada orang pintar berhadapan dengan Al Sadzili, orang tersebut merasa bahwa ia berhadapan dengan sebuah lautan yang menenggelamkan ilmu yang dimilikinya. Al Sadzili hanya mungkin didekati bila orang mau untuk ikhlas belajar dan menciduk sebagian limpahan ilmu-NYA.

Al Sadzili adalah seorang waliyullah, yaitu orang yang fana dalam kondisinya, abadi dalam penyaksian (musyahadah) kepada Allah al Haqq. DIA lah yang menuntun dan memelihara sehingga cahaya-cahaya anugerah kewalian terus menerus menghampiri dirinya.

Al Sadzili juga pendiri tarekat terkenal Sadziliah yang memiliki banyak pengikut termasuk di Indonesia. Ia memiliki banyak doa, wirid maupun hizib. Salah satu hizibnya adalah HIZIB AL BAHR (Hizib lautan). Pada kesempatan kali ini, akan dipaparkan uraian tentang hizib salah satu hizibnya yang lain yaitu HIZIB AL BARR (HIZIB DARATAN).

Kami tidak akan membahas terlalu banyak tentang manfaat Hizib ini untuk hidup praktis sehari-hari, misalnya apakah hizib ini bisa mendatangkan kesaktian, kekayaan, kekebalan tubuh, dan sebagainya. Namun kami ingin mencoba mempelajari SUBSTANSI/HAKIKAT atau ISI yang terkandung dalam hizib ini sehingga kita mendapatkan kawruh, pengetahuan dan penyadaran serta kemanfaatan kita dalam berolah rasa/olah batin hidup sejati kita di akhirat dan di dunia. Semoga dengan kita mengetahui isi Hizib ini, kita akan mendapatan ridho karomah-NYA. Insya Allah.

Hizib ini dimulai dengan permohonan untuk berlindung kepada Allah SWT dari godaan setan yang terkutuk. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga Allah senantiasa memberikan sholawat kesejahteraan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW —- dilanjutkan dengan membaca QS At Taubah: 111 —- dilanjutkan dengan membaca QS At Taubah: 112 —- dilanjutkan dengan membaca QS Al Mukminun: 1s/d 11 — dilanjutkan dengan QS Al Ahzab: 35 —– dilanjutkan dengan QS Al Ma’arij: 19 s/d 35 — dilanjutkan dengan doa berikut ini:

YA ALLAH, KAMI MEMOHON KEPADA-MU SENANTIASA RASA TAKUT, KERINDUAN YANG DALAM, KEMANTAPAN PENGETAHUAN, DAN KESINAMBUNGAN PERENUNGAN. KAMI MOHON KEPADA-MU RAHASIA DARI SEGALA RAHASIA, PENANGKAL KEBODOHAN AGAR KAMI TIDAK TERUS MENERUS BERKUTAT DALAM DOSA DAN CELA. PILIH DAN BIMBINGLAH KAMI UNTUK MENGAMALKAN KALIMAT-KALIMAT YANG KAU BENTANGKAN DI HADAPAN KAMI MELALUI LISAN RASUL UTUSAN-MU DAN KAU UJIKAN PADA IBRAHIM KEKASIH PENDAMPING-MU, LALU DIA BERHASIL MENUNAIKANNYA. ALLAH BERFIRMAN: “SESUNGGUHNYA AKU AKAN MENJADIKANMU IMAM BAGI SELURUH MANUSIA.” IBRAHIM BERKATA: “DARI KETURUNANKU”. ALLAH BERFIRMAN: “JANJIKU TIDAK MENGENAI ORANG YANG ZALIM”, KARENANYA JADIKAN KAMI TERMASUK ORANG YANG BAIK DARI KETURUNAN ADAM DAN NUH”. TUNTUNLAH KAMI UNTUK MENAPAK JALAN ORANG-ORANG YANG KAU BERI PETUNJUK.

—- dilanjutkan dengan membaca QS Ali Imran 15-17 —– dilanjutkan dengan QS Ali Imran 191-194 —–dilanjutkan dengan QS Al Baqarah 201 —-dilanjutkan dengan QS Ali Imran 147 —– dilanjutkan dengan QS Al Baqarah 276 —-dilanjutkan dengan QS Ali Imran 8-9 —-dilanjutkan dengan QS Ali Imran 53 —- dilanjutkan dengan QS Al Ma’idah 84-85 — dilanjutkan dengan QS Yunus 84 – 86 —– dilanjutkan dengan QS Al Kahfi 10 — dilanjutkan dengan QS Al Mukminun 109 —- dilanjutkan dengan QS Al Furqan 65-66 —– dilanjutkan dengan QS Al Furqan 74 —– dilanjutkan dengan QS Al Mukmin 7-9 —– dilanjutkan dengan QS Ad Dukhan 12 —– dilanjutkan dengan QS Al Hasyr 10 —– dilanjutkan dengan QS Al Mumtahanah 4-5 —– dilanjutkan dengan QS Al Ikhlas 1-4 —– dilanjutkan dengan QS Al Falaq 1-5 —– dilanjutkan dengan QS An Nas 1-6 —– dilanjutkan dengan QS Al Fatihah 1-7 —- dilanjutkan dengan QS Al An’am 1-3 —– dilanjutkan dengan QS Al A’raf 43 —– dilanjutkan dengan QS Yunus 9-10 —- dilanjutkan dengan QS Al Isra 111 —– dilanjutkan dengan QS Al Kahfi 1-3 —- dilanjutkan dengan QS An Naml 59 —- dilanjutkan dengan QS Saba’ 1-2 —- dilanjutkan dengan QS Fathir 1-2 —- dilanjutkan dengan QS An Nahl 75 ——dilanjutkan dengan QS Az Zumar 29 —-dilanjutkan dengan QS Az Zumar 74-75 —- dilanjutkan dengan QS Al Jatsiyah 36-37 —– dilanjutkan dengan QS Ar Rum 17-19 —- dilanjutkan dengan QS Ash Shaffat 180-182 —–dilanjutkan dengan QS Al An’am 54 —– dilanjutkan dengan QS Al An’am 101-103 —–

ALIF LAM RA’, KAF HA’ YA’ AIN SHAD, HAM MIM AIN SIN QAF

—– dilanjutkan dengan QS Al Anbiya’ 112 —–dilanjutkan dengan QS Thaha 1-8 —–

YA ALLAH, SESUNGGUHNYA ENGKAU MAHA MENGETAHUI BAHWA HAMBA MAKRUF DENGAN KEBODOHAN, SEMENTARA KAU BERSIFAT DENGAN PENGETAHUAN. KEBODOHAN HAMBA AKAN ILMU-MU MELIPUTI SEGALA SESUATU YANG TERCAKUP OLEH BELAI KASIH RAHMAT-MU, MAKA AMPUNILAH HAMBA, SESUNGGUHNYA ENGKAU MAHA KUASA ATAS SEGALA SESUATU.

YA ALLAH, WAHAI YANG MAHA MEMILIKI LAGI MAHA MEMBERI, ANUGERAHKAN KEPADA KAM DARI NIKMAT-NIKMATMU APA YANG ENGKAU KETAHUI BAHWA DI DALAMNYA ADA KERIDHOANMU. BERILAH KAMI BUSANA YANG BISA MELINDUNGI KAMI DARI SEGALA FITNAH DALAM BENTUK PENYIFATAN YANG MENYEBABKAN KEKURANGAN PADA SESUATU YANG ENGKAU PILIH DENGAN ILMU-MU SEBAGAI LABEL DIRI YANG MEMBEDAKAN-MU DENGAN SELAIN-MU.

YA ALLAH, WAHAI YANG MAHA AGUNG, WAHAI YANG MAHA TINGGI, YANG MAHA BESAR, KAMI MOHON KEPADA-MU KEFAKIRAN DARI SELAIN-MU DAN KECUKUPAN BERSAMA-MU HINGGA KAMI TIDAK BERSAKSI MELAINKAN KEPADA-MU. BELAILAH KAMI DALAM MENJALANI KEDUANYA DENGAN BELAIAN KELEMBUTAN YANG ENGKAU KETAHUI BAIK UNTUK ORANG YANG SETIA MEMIHAK-MU. PAKAIKANLAH PADA KAMI JUBAH-JUBAH PEMELIHARAAN DALAM SETIAP NAFAS-NAFAS. JADIKAN KAMI HAMBA-HAMBA ALLAH DALAM SEGALA KONDISI. DAN BERILAH KAMI ILMU DARI SISI-MU YANG MEMBUAT KAMI SEMPURNA DALAM KEHIDUPAN DAN KEMATIAN.

YA ALLAH, SESUNGGUHNYA ENGKAU MAHA TERPUJI, TUHAN YANG MAHAMULIA, MAHA MELAKUKAN SESUATU YANG ENGKAU KEHENDAKI. ENGKAU MAHA MENGETAHUI DENGAN APA, MENGAPA DAN ATAS APA KAMI BERGEMBIRA. BEGITU JUGA APA, MENGAPA, DAN ATAS APA KAMI BERSEDIH. TELAH ENGKAU TETAPKAN KEBERADAAN SESUATU YANG KAU KEHENDAKI PADA KAMI DAN DARI KAMI. KAMI PUN TIDAK MEMOHOON KEPADA-MU UNTUK MENGHINDAR DARI APA YANG ENGKAU KEHENDAKI, AKAN TETAPI YANG KAMI MOHON KEPADA-MU ADALAH DUKUNGAN DARI SISI-MU DALAM MELAKONI APA YANG KAU KEHENDAKI SEBAGAIMANA ENGKAU DUKUNG PARA NABI DAN RASUL-MU, SERTA PARA SHIDDIQIN DARI KALANGAN MAKHLUK-MU. SESUNGGUHNYA ENGKAU MAHA KUASA ATAS SEGALA SESUATU.

YA ALLAH YANG MAHA MENCIPTAKAN LANGIT DAN BUMI, YANG MAHA MENGETAHUI SEMUA YANG TAMPAK DAN TIDAK TAMPAK. ENGKAULAH YANG MAHA MEMUTUSKAN SEGALA PERSELISIHAN YANG TERJADI ANTARA HAMBA-HAMBA-MU. BERUNTUNGLAH ORANG YANG MENGENALMU, LALU RIDHO (MENERIMA DENGAN LAPANG DADA) APA YANG MENJADI QADHA’ KEPUTUSAN-MU. DAN CELAKALAH ORANG YANG TIDAK MENGENAL-MU, BAHKAN LEBIH CELAKA LAGI ORANG YANG MENGAKUI KEESAAN-MU NAMUN IA TIDAK RIDHO MENERIMA KEPUTUSAN-KEPUTUSAN HUKUM-MU.

YA ALLAH, SESUNGGUHNYA ORANG-ORANG TELAH ENGKAU HINAKAN TERLEBIH DULU AGAR MEREKA MULIA DAN ENGKAU PUTUSKAN MEREKA TAK MEMILIKI APA-APA AGAR MEREKA MAMPU MERASAKAN NIKMAT CINTA. MAKA, KAMI MOHON KEPADA-MU AGAR BERKENAN MENGGANTI SEGALA KEMULIAAN YANG MENGHALANGI UNTUK SAMPAI KEPADA-MU DENGAN KEHINAAN YANG DISERTAI KELEMBUTAN RAHMAT KASIH-MU. KAMI MOHON PULA KEPADA-MU AGAR BERKENAN MENGGANTI SEGALA CINTA YANG MENGHALANGI SAMPAINYA KEPADA-MU DENGAN KEKOSONGAN YANG DISERTAI CAHAYA CAHAYA CINTA-MU. SESUNGGUHNYA TELAH JELAS KEBAHAGIAAN ATAS ORANG YANG KAU CINTAI, DAN TELAH JELAS KEMALANGAN ATAS ORANG YANG MENEMPUH SELAIN JALAN-MU. MAKA BERILAH KAMI ANUGERAH MENJADI ORANG-ORANG YANG BERBAHAGIA DAN LINDUNGILAH KAMI DARI JALAN ORANG-ORANG YANG MALANG.


DATU MUSENG

Kisah cinta nan mengharukan antara Datu Museng dan Maipa Deapati ini berangkat dari cerita rakyat yang sangat populer dikalangan masyarakat Makassar, yang dituturkan oleh orang-orang tua kepada anak cucu mereka, agar mereka dapat memetik hikmah dari pendidikan, perjuangan dan kesetiaan. Begitu hebatnya cerita antara Datu Museng putra bangsawan kerajaan Gowa dan Maipa Deapati Putri bangsawan Kerajaan Sumbawa ini tertanam di dalam benak orang-orang makassar, sehingga kemudian nama dari kedua tokoh legendaris ini pantas untuk diabadikan sebagai nama jalan di Kota Makassar, Nama jalan itu seakan sengaja dibuat berdampingan saling berdekatan seakan-akan Pemerintah Kota Makassar turut merestui hubungan percintaan abadi mereka berdua.

Pada ujung barat jalan Datu Museng, terdapat situs makam dengan dua nisan kayu yang bersanding kukuh, yang konon katanya itulah makam kedua pasangan cinta ini dimakamkam, Datu Museng dan kekasihnya Maipa Deapati.

Kisah percintaan Datu Museng dan Maipa Deapati ini berawal ketika Addengareng kakek dari Datu Museng melarikan diri bersama cucunya menyebarangi lautan nan luas menuju ke negeri sumbawa, akibat dari politik adu domba yang dilancarkan penjajah belanda di tanah Gowa, yang membuat bumi Gowa bergejolak dan tidak kondusif lagi untuk dijadikan tempat tinggal yang aman.

Di Pulau sumbawa itulah akhirnya Datu Museng tumbuh menjadi seorang yang dewasa dan bertemu dengan Maipa Deapati di Pondok Pengajian Mampewa. Akhirnya tumbuh benih cinta dihati Datu Museng sejak pertama kali melihat sosok Maipa Deapati yang anggun dan mempesona. Namun cinta dari Datu Museng kepada Maipa Deapati menjadi sebuah cinta yang terlarang karena Maipa Deapati telah ditunangkan dengan seorang pangeran Kesultanan Sumbawa, Pangeran Mangalasa.

Setelah kakek Datu Museng mengetahui bahwa cucunya mencintai Maipa Deapati, alangkah terkejutnya sang kakek. Sang kakek dari Datu Museng merasa malu karena merasa bahwa mereka hanyalah sebongkah emas yang telah terkotori oleh lumpur, sedangkan Maipa Deapati adalah Putri Kerajaan Sumbawa.

Datu Museng mengetahui bahwa cintanya kepada Maipa Deapati terhalang oleh tembok yang kokoh, maka atas anjuran sang kakek, berangkatlah Datu Museng ke tanah Mekkah untuk berguru. Disanalah ia mendapatkan ilmu "Bunga Ejana Madina". Kepergian Datu Museng ke tanah Mekah ternyata bukannya membuat kedua insan yang saling mencinta ini menjadi terpisah, melainkan perpisahan itu malah semakin membuat ikatan hati antara keduanya semakin kuat.

Selepas mendapatkan ilmu di tanah rantau Mekkah, maka Datu Museng pulang kembali ke Sumbawa dengan membawa rindu yang sangat besar kepada Maipa Deapati. Sesampainya di Sumbawa ternyata sang kekasih yang dirindukan jatuh sakit, maka Datu Musengpun menolong Maipa Deapati dengan ilmu yang didapatkannya dari tanah Mekkah.

Mendengar kabar bahwa sang tunangan Maipa Deapati mencintai Datu Museng, membuat perasaan cemburu di hati Pangeran Mangalasa bergejolak, Pangeran Mangalasa lantas bersekutu dengan Belanda dengan tujuan untuk membunuh Datu Museng. Tetapi Datu Museng yang teramat sakti itu tak dapat dikalahkan oleh Pangeran Mangalasa dan Belanda.

Akhirnya Datu Museng mendapat restu dari Sultan Sumbawa, merekapun lantas dinikahkan dan Datu Museng diberikan pangkat sebagai Pangllima perang. Belum beberapa lama menikah, berhembus kabar bahwa di Makassar tengah bergejolak kekacauan yang disebabkan oleh pemerintah Belanda yang berkuasa ditanah Makassar. Sultan Lombok lantas meminta Datu Museng ke Makassar untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Maka berangkatlah Datu Museng dan istrinya Maipa Deapati ke tanah Makassar, setibanya di Makassar, Datu Museng mendapatkan tantangan lain karena Kapten dari Belanda itu justru mencintai Maipa Daepati, dan melancarkan berbagai macam serangan kepada Datu Museng untuk merebut Maipa Deapati dari Datu Museng. Akibatnya Datu Musengpun terdesak akibat serangan Belanda tersebut. Namun bagi Maipa Deapati cintanya ke Datu Museng adalah harga mati baginya, ia tidak mengijinkan seorang pun untuk mengambilnya dari Datu Museng. Sang kekasih Maipa Deapati lantas meminta kepada Datu Museng untuk membunuhnya, sebab cintanya kepada Datu Museng hanya untuk Datu Museng seorang, ia merasa lebih biak mati daripada harus menyerahkan dirinya kepada Belanda.

Dengan sangat berat hati Datu Museng lantas mengabulkan permintaan sang istri, iapun lantas menikamkan Badik pusakanya ke leher sang kekasih tercinta. Setelah itu, karena rasa cinta yang dalam kepada istrinya Maipa Deapati, Datu Musengpun lantas melepaskan semua ilmu ilmu yang dimilikinya, membiarkan dirinya dibunuh oleh penjajah Belanda. Kisah inilah yang terus dikenang oleh masyarakat makassar, kisah percintaan Romeo And Juliet Versi Makassar,,,,,,,,,,

Diposkan oleh Idhank Vieya

KISAH DATU LANDAK

Datu Landak, yang nama aslinya adalah Syekh Muhammad Afif, lahir di desa Dalam pagar, Martapura, Kabupaten Banjar. Beliau merupakan buyut (cicit) dari Datu Kalampayan (Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari). Ada pun silsilah beliau adalah : Muhammad Afif bin Qadhi, H. Mahmud bin Asiah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, beliau sangat alim dan taat menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang beliau anut, karena itu oleh Allah beliau diberikan karamah atau kesaktian. Pada tahun 1897 masyarakat Dalam Pagar ingin mendirikan masjid, Datu Landak diberikan kepercayaan untuk mencari kayu ulin yang akan di jadikan tiang utama msjid tersebut.
           Dengan ditemani oleh Khalid, Idrus dan Lotoh berangkatlah beliau menuju Kalimantan Tengah. Dalam perjalanan yang memakan waktu berbulan2 lamanya itu, beliau sering menemui gangguan dari suku dayak. Terkadang menjadi bentrokkan fisik antara datu landak dengan penduduk setempat. Peristiwa yang beliau alami itu, terutama halangan dan rintangan dapat beliau atasi. Berkat kesabaran dan kegigihan beliau, akhirnya kayu ulin atau pohon ulin dapat ditemukan, pohon tersebut menurut cerita hanya dicabut saja oleh Datu Landak, bukan ditebang seperti biasanya, kemudian ditarik oleh beliau dengan tangan sendiri menuju ke sungai Barito. Setelah di ikat kayu itupun dihanyutkan di sungai tersebut. Konon bekas geseran pohon yang beliau tarik atau seret itu menjadi sungai kecil yang mengeluarkan intan yang banyak sekali. Oleh beliau intan2 itu dikumpulkn dan di tanam kembali ke dalam tanah, disekelilingnya beliau pagar dengan rumput bamban. Setelah itu beliau kembali ke Dalam Pagar, Martapura. Pada hari yg telah disepakati yaitu tepatnya pada hari minggu diputuskan untuk memancangkan empat tiang utama. Namun yang menjadi masalah bagaimana mendirikan keempat tiang itu, karena ke empat tiang utama tersebut besar dan panjangnya sama dengan tiang guru Masjid Suriansyah di Kuin Banjarmasin, karena ketika itu belum ada alat pengangkat canggih seperti sekarang ini. ''Tidak usah bingung, saya yang akan mengangkatnya'' kata Datu Landak. Semua yang hadir jadi terdiam, ingin tahu apa yang akan diperbuat Datu Landak..''Puk..! Puk...!'' beliau menepukkan tangan ketanah dan kempat tiang utama kayu ulin itu serentak tegak berdiri dengan sendirinya sesuai dengan yg diinginkan.  Menyaksikan Kesaktian beliau itu orang2 yang hadir pada saat itu serentak mengucapkan " Allahu Akbar".

Diposkan oleh Idhank Vieya
http://kisahlawas.blogspot.com/2013/01/kisah-datu-landak.html

DEWI SEKAR DADU ( IBUNDA SUNAN GIRI )

Ibunda Sunan Giri, Dewi Sekardadu, konon beristirahat sejak abad ke-14. Makamnya cukup megah karena beberapa tahun lalu dipugar Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Ada joglo untuk peristirahatan pengunjung. Namun tetap saja, di tengah deru angin kencang yang sesekali membawa air laut, kesan kesunyian dan keterpencilan makam ini terasa.
Beberapa penduduk bercerita kalau kunjungan ke makam ini relatif jarang. “Yang datang biasanya adalah peminat ziarah wali. Atau kalau tidak.. ya peneliti, atau peminat masalah supranatural,” ujar Haji Waras, pemuka masyarakat.
Angka kunjungan meningkat menjelang upacara nyadran alias petik laut yang diselenggarakan setahun dua kali. Menjelang Ramadan dan Bulan Maulud. Beberapa penduduk desa ini hafal sejarah makam Dewi Sekardadu, dengan pakem seragam. Bahwa perempuan ini bernasib malang. Dia mencari-cari bayinya di tengah laut namun tidak menemukan. Yang terjadi, dia tewas, lantas digotong ikan-ikan keting untuk didamparkan di tempat ini, yang kini dinamai Desa Ketingan atau Kepetingan.
Sekadar mengingatkan, Dewi Sekardadu sesungguhnya adalah putri Prabu Menak Sembuyu, Penguasa Kerajaan Blambangan, Banyuwangi, pada abad ke-14. Samadi, juru kunci makam menjelaskan, Blambangan suatu ketika didera wabah penyakit. Dewi Sekardadu sendiri sakit. Tabib-tabib terkenal didatangkan namun tak satu pun yang bisa menyembuhkan penyakit, baik Dewi Sekardadu maupun warga desa.
“Raja pun membuat sayembara, barangsiapa bisa menyembuhkan penyakit Dewi Sekardadu, ia berhak menjadi suami sang dewi jelita itu. Namun lagi-Iagi tidak ada yang bisa menyembuhkan. Hingga akhirnya, Prabu Menak Sembuyu bermimpi bahwa yang bisa menyembuhkan putrinya adalah ulama
Muslim bernama Syeh Maulana Iskak yang berdiam di sekitar Gresik, Jawa Timur,” beber Samadi. Maka diutuslah patih kerajaan untuk menemui Syeh Maulana Iskak. Syeh Maulana Iskak pun berangkat ke Tanah Blambangan. “Singkat cerita, Dewi Sekardadu berhasil disembuhkan. Maka, dinikahkanlah Syeh Maulana Iskak dengan Dewi Sekardadu.
Setelah menikah mereka tinggal di Blambangan. Syeh Maulana Iskak sangat disayangi pend·uduk Blambangan,” kata Samadi. Orang-orang kepercayaan raja mengail di air keruh. Mereka juga tidak rela rakyat demikian menyayangi Syeh Maulana Iskak. Intrik demi intrik dilakukan, hingga raja semakin membenci Syeh Maulana Iskak. Bahkan Dewi· Sekardadupun tidak lagi akur dengan suaminya. Syeh Maulana Iskak akhirnya meninggalkan· istana untuk berdakwah di tempat lain. Saat itu Dewi Sekardadu hamil-tua.
Bayi yang dikandung Dewi Sekardadu lahir tahun 1365 M. Namun bayi tersebut tidak diinginkan para petinggi kerajaan yang haus kekuasaan. Bayi tersebut diculik, ditempatkan di sebuah peti yang kemudian dipaku dan dibuang ke laut. Itusebabnya bayi tersebut juga dinamai Raden Paku.
Mengetahui anaknya dibuang ke laut, Dewi Sekardadu menceburkan diri, mengejar-ngejar anaknya di laut. Dewi Sekardadu tak bisa mengejar peti yang terapungapung di laut, lantas meninggal.
Di wilayah Balongdowo Sidoarjo, pada tahun 1365 tersebut, para nelayan sedang mencari ikan dan kerang di laut. Mereka dikejutkan dengan serombongan ikan keting yang ramai-ramai menggotong jasad seorang wanita cantik, yang diyakini Dewi Sekardadu. Jasad yang akhirnya  didamparkan ikan-ikan keting di pantai, lantas dikubur secara terhormat oleh warga. Tempat itu akhirnya dinamakan Ketingan alias Kepetingan.
Bagaimana dengan bayi Dewi Sekardadu yang terapung-apung itu? Selamatkah dia? Ternyata bayi tersebut selamat. Seorang pengusaha kapal ikan perempuan mengambil bayi yang kemudian dinamai Raden Paku dan dikenal dengan sebutan Sunan Giri tersebut.
Namun kisah Dewi Sekardadu ini punya banyak versi. Beberapa tempat seperti Gresik dan Lamongan, konon juga diakui sebagai makam Dewi Sekardadu. Entah versi mana yang benar. Namun nelayan-nelayan di sini sangat yakin, makam Dewi Sekardadu yang asli ya yang di kampong mereka.

Upacara Nyadran
Makam Ibunda Sunan Giri tersebut, sangat dimuliakan masyarakat nelayan Sidoarjo. Setiap tahun, saat bulan Maulud dan menjelang Ramadhan, upacara terbesar nelayan pesisir Sidoarjo nyadran atau petik laut dipusatkan di makam ini.
Awal Maret 2010 nelayan pesisir Sidoarjo menggelar nyadran. Sejak pagi para penduduk kampung Bluru Kidul yang sebagian besar kaum nelayan, telah berkumpul di tempat yang biasa mereka pakai sebagai dermaga. Sebagaimana hari raya Idul Fitri, kali ini penduduk pun berpakaian serba baru. Mereka satu persatu, juga. anak-anak naik perahu. Jumlah perahu sekitar 3D-an dan beberapa di antaranya berhiaskan hasil bumi seperti sayur dan buah-buahan. Di dalam perahu-perahu itu telah ada tumpeng.
Makam Dewi Sekardadu dipenuhi penduduk yang bergantian untuk nyekar. Puluhan tumpeng dan sesajen dibawa ke dalam masjid. Ayat-ayat AI Quran juga dikumandangkan. Setelah itu, tumpeng pun dibagikan untuk siapa saja yang memerlukan. Beberapa tumpeng memang disediakan untuk dilarung ke laut, dan ini tentu saja dibawa kembali ke dermaga. Penduduk pun kembali naik perahu, beriring-iring menuju tengah laut, tempat melarung tumpeng. Kebersamaan benar-benar tampak di sini. Even ini ternyata sanggup mempererat tali persaudaraan antar mereka.
Kegiatan semacam ini, sepanjang filosofinya diketahui dan pesan-pesan moral terbaiknya diamalkan, bukankah akan membuat dunia kita yang carut marut ini jadi lebih baik? Bukankah nyadran yang erat kaitannya dengan bersih-bersih ini merupakan kegiatan untuk semakin mendekatkan kita kepada jagat kecil, yakni diri kita, dan jagat besar, yakni semesta ini? Semestinya, kegiatan yang sarat pesan moral dan pastinya ramah lingkungan tersebut tak ada alasan buat ditampik, dicurigai, atau dihujat.


Datu Ujung Membangun Mesjid

Kalau kita ingin menceritakan tentang Datu Ujung, maka ceritanya cukup banyak. Tapi yang ingin saya ceritakan adalah kisah tentang Datu Ujung sewaktu beliau hendak mendirikan mesjid. Masjid yang didirikan masih ada sampai sekarang. Perlu diketahui bahwa Datu Pujung yang diceritakan ini termasuk orang yang berpengetahuan tentang agama.

Sebenarnya Datu Ujung kadang-kadang berada di daerah ini, kadang-kadang di negeri sebelah yaitu dunia datu-datu. Setiap datu tentu mempunyai kejayaan masing-masing, tetapi mereka tidak bermusuhan.
Pada suatu hari beliau datang ke desa Ulin kandangan, yaitu akan mengundang Datu Ulin untuk bergotong royong membangun mesjid, “Apa kabar?” kata Datu Ulin. “kabar baik”, “sesungguhnya lama kita tidak bertemu, mungkin ada yang ingin dibicarakan?”
Sebagimana dua orang saudara angkat yang lama tidak bertemu, maka keduanya asik bercakap-cakap. Ada-ada saja yang mereka perbicarakan, sehingga tidak terasa matahari sudah tinggi. Hampir setengah hari lamanya mereka bercakap-cakap.
Karena meresa perut sudah lapar, berkatalah Datu Ulin kepada sahabatnya, “sekarang apa yang kita lakukan?” “terserah.” Kata Datu Ujung. “aku sebagai tamu mengikuti saja apa yang diinginkan tuan rumah.” “kalau begitu kita masak nasi. Untuk lauknya kita menggulai paku.” “Baiklah”.
Datu Ujung menyangka, yang akan digulai Datu Ulin adalah paku pakis sebagaimana lazimnya. Tetapi ternyata Datu Ulin menggulai paku sungguhan, paku besi. Diam-diam saja karena merasa salah omong.
Setelah sekian lamanya, Datu Ulin segera mengajak sahabatnya itu untuk bersantap. Datu Ulin memakan paku itu dengan nikmatnya, keakan-akan paku itu benda yang lemas dan enak tanpa takut ketulangan. Maklumlah Datu Ulin seorang yang punya kesaktian. Tetapi Datu Pujung tidak berani berbuat demikian. Dalam hati ia berpikir, sungguh keterlaluan sahabatnya ini bergurau. Saya sendiri tidak pernah bebuat demikian. Tetapi ingat, pikir pujung dalam hati, nanti kamu merasa sendiri akibat dari perbuatan ini.
Setelah selesai makan, keduanya duduk-duduk sambil mengisap rokok. Tiba-tiba Datu Pujung berkata, “setiap yang berasal dari besi itu keras”. Sehabis ia mengatakan keras tersebut tiba-tiba paku yang dimakan Datu Ulin mengeras dan menembus perutnya. Tetapi tidak malu kalau dikatakan Datu Ulin seorang yang sakti, karena dengan satu tepukannya, paku-paku itu kembali lemas.
Datu pujung kemudian mengutarakan maksudnya untuk mendirikan mesjid dan mengundang Datu Ulin untuk datang membantu. Sementara itu orang-orang di kampung sudah mempersiapkan segala pekakas bangunan. Ada yang menyumbang tiang, batok, dan segala ramuan yang diperlukan untuk mendirikan mesjid. Papan dibeli dikota Negara. Sedangkan untuk keperluan atap, orang-orang bergotong royong mengumpulkan daun rumbia.setelah semua tersedia, Datu Ujung berkata, “besok kita akan mulai bekerja”.
Untuk melaksanakan pekerjaan, selain penduduk sana, dari tempat lain juga diundang orang-orang yang terkenal kekuatan tenaganya. Pada hari yang ditentukan semua sudah hadir, terutama untuk mendirikan tiang guru. Secara adat semua undangan ditanggung makan minumnya. Tambahan pula Datu Ujung terkenal sebagai Datuk Padi. Artinya dimana beliau berada maka di kampung itu hasil panen akan menjadi berlimpah ruah. Apabila beliau tidak berada ditempat itu maka hasil padi akan berkurang. Apa sebabnya demikian, tak seorang pun tahu. Jadi kalau sekiranya empat puluh orang yang dijamu hingga ratusan orang pun tidak merupakan persoalan besar. Dua tiga warga sudah dapat menyediakannya.
jadi semua orang giat bekerja. ada yang memahat, ada yang membuat pasak untuk tiang dan bermacam-macam pekerjaan lagi. Orang perempuan tidak mau ketinggalan. Mereka bermarai-ramai menghambit, yaitu membuat atap daun rumbia. karena pada zaman bahari yang ada hanya atap daun. Tak ada yang berpaku tangan untuk membangun mesjid tersebut. Orang-orang yang mempunyai tenaga besar, lain pula yang dikerjkannya. Kelihatan mereka saling memerlukan kekuatannya. Kalau dilihat seseorang mengankat tiang yang empat sampai liam depa panjangnnya, maka yang lain bukan hanya sebatang tetapi dua batang sekali angkat. Padahal tiang yang diangkat bukanlah kecil, bahkan ada yang sepemeluk besarnya. Apalagi yang dinamakan tiang guru. karena banyaknya perja yang bertanga besar luar biasa, hanya kira-kira sepuluh orang orang tiang itu sudah bisa diangkat dan didirikan. Setelah itu barulah membuat kuda-kuda belandar dan akhirnya siap untuk dipasang atap.
Hampir tidak terasa waktu lohor telah tiba. Pembangunan mesjid telah selesai. Lalu tibalah waktu untuk bersantap. Ketika akan menyiapkan hidangan, ternyata ikannya tidak cukup. Bagaimana akal. Ikan tidak cuku untuk semua yang hadir.
"Kalau demikian", kata Ujung, "Tunggulah sebentar. Kita tunda dulu makan tengah hari. Saya akan pergi sebentar mencari ikan". Semua orang tak ada yang berani menyangkal kemauan beliau, karena Datu Ujung yang menjadi pemimpin di sana.
"Ke mana datu akan mencari ikan?", tanya seseorang. Menurut cerita, waktu itu Ujung akan mencari ikan ke Negara.
Orang-orang sama bertanya-tanya satu sama lain. bagaimana mungkin tempat yang sejauh itu dapat dicapai pulang pergi dalam waktu singkat. Melihat keraguan orang-orang yang hadir, Pujung berkata, "jangan kuatir, sebentar saja aku sudah kembali".
"Baiklah".
Ujung kemudian menurunkan jukung ke air dan mengambil pengayuh. Menurut cerita, dia mengayuh jukung sangat laju. sekali menrangkuh dayung dia dapat melewati satu rantauan. Dengan kecepatan demikian, tidak lama kemudian sampailah ke Negara.
Sepeninggal Datu Ujung orang-orang kembali ramai membicarakan soal hidangan. Nasi sudah masak. Ditunggu seperempat jam hingga setengah jam, Datu Pujung belum juga tiba. Padahal undangan yang datang dari jauh perlu diberi makan lebih dahulu karena merak bermaksud akan pulang. Kalau demikian lebih baik dimakan seadanya dulu. Nanti apabila beliau datang barulah penduduk setempat makan bersama-sama. Yang penting undangan perlu didahulukan.
Kembali cerita kepada perjalanan Datu Ujung. Tidak berapa lama kemudian setibanya di daerah Negara dia mencari lubuk yang dalam dan banyak ikannya. Dengan membawa sebila rotan yang panjang dia menyelam ke dalam air. Ikan ditangkap denga tangan dan langsung ditusuk dengan rotan. Begitulah kejayaan Datu Ujung. Dia bisa bertahan dalam air, dan mengankap ikan tanpa mempergunakan tombak atau alat lainnya. Dipilihnya ikan yang besar-besar seperti tauman, haruan (gabus), baung dan bermacam-macam ikan lainnya. Tidak lama kemudian cukuplah ikan yang diperolehnya. Ikan dimasukkan ke dalam jukung, dan akhirnya datu pulang dengan kembali ke kampungnya.
Ketika Datu Ujung sampai di tempatnya semula, ternyata sebagian ada yang sudah selesai bersantap, tetapi ada pula yang belum. Melihat demikian Datu Pujung terkejut.
"Bah, ke mana saja orang-orang yang kita undang", seru Ujung. Orang-orang berpandang.
"Sebagian sudah pulang. Undangan yang jauh sudah pulang, tetapi penduduk belum lagi makan, dan masih berada di sekitar ini."
Rupanya beliau sangat marah. Ia bersusah payah mencari ikan ke tempat yang begitu jauh untuk kepentingan semua orang. Setelah ikan yang begitu banyak diperolehnya, ternyata seakan-akan tidak diperdulikan sama sekali.
"Susah kuktakan sedari tadi, tungguh aku dulu baru makanan dihidangkan. Mengapa tidak ada yang mau mendengar kataku. Kalau demikian berarti kalian sama sekali tidak memandang sebelah mata pun padaku. Berati kalian tidak memerlukanku lagi."
Setelah berkata demikian, Datu Ujung kemudian berdiri di muka mesjid yang baru dibangun itu, tidak ambil peduli terhadap orang banyak. Lalu Pujuk meletakkan sebelah kakinya ke mesjid itu, dan menekan ke bawah. Begitu pijakanya, sebagian lantainya amblas ke dalam tanah. Setelah melampiaskan kemarahannya demikian, ia pun menghilang. Orang tidak tahu ke mana perginya setelah itu.
Semua orang ribut dan saling menyalahkan, tetapi apa boleh buat, semua telah terlanjut. Dengan sedih mereka lalu membenahi sisa perkakas bangunan yang tidak terpakai.
Mesjid yang didirikan itu ialah mesjid yang terletak di kampung Banua Halat (dekat kampung penulis blog ini, yaitu di kampung gadung), tidak jauh dari Kota Rantau. Sampai sekarang mesjid itu masih berdiri. Menurut cerita, Datu Ujung kadang-kadang datang ke mesjid itu. Itulah sebabnya mengapa mesjid itu dikeramatkan orang. Kita dapat mengetahui kalau Datu Pujung berada di mesjid tersebut. Caranya. Pada malam Jum'at setelah sembahyang Isya, kipas yang ada di mesjid itu disisihkan ke tepi. Jangan ada yang ketinggalan. Besok, apabila di samping mimbar terdapat sebuah kipas berarti beliau datang bersembahyang disana. Apabila hingga pagi tidak terdapat perubahan, berarti beliau tidak datang bertandang.
Adapula sebuah cerita tentang mesjid Banua Halat yang dianggap keramat itu. Pada zaman penjajahan Belanda, pernah sepasukan tentara datang ke kampung Banua Halat. Ketika mereka melihat bangunan mesjid tersebut mereka bermaksud membakarnya. Tetapi mesjid yang dimaksud bukan mesjid yang dibangun oleh Datu Ujung, tetapi bangunan yang telah dibina untuk ketiga kalinya.
Ketika mereka menyulut mesjid itu dengan api, ternyata tidak mau terbakar. Apa akal. Salah seorang dari tentara Belanda itu mengambil lemak babi dan kemudian barulah mesjid itu dapat mereka bakar. Salah satu tiang yang hangus itu masih ada sampai sekarang. Bila kami masuk ke dalam mesjid itu sekarang, akan tetapi terlihat sebuah tiang yang berwarna hitam bekas terbakar itulah tiangnya.

http://ceritarakyatkalsel.blogspot.com/2011/02/datu-pujung.html

DATU TUNGKARAN

Kisah Rakyat Matan Kabupaten Tanah Laut, Pelaihari

Datu Tungkaran atawa Datu Ingsat naya bagana di dairah Campaka, Kabupatin Tanah Laut. Sidin ne tamasuk urang sakti mandraguna. Manurut kisah urang tuha, sidin ne bisa bahilang, bajalan di atas banyu, wan masih banyak lagi kaharatan sidin.

Kisahnya, waktu itu imbah sumbahyang Juhur, datu ne kadatangan urang matan Tanah Jawa. Datu juwa pang di daerahnya, sidin bangaran Datu Mastanian. Sidin di Jawa jar habar banyak juwa beisi ilmu kasaktian nang harat.

“Assalamualaikum,” jar Datu Mastanian.

“Waalaikum salam,” jar Datu Tungkaran manyahut. “Siapa ikam?”

“Aku Datu Mastanian matan Tanah Jawa,” jar tamu ne. “Aku ne ka sini handak mauji kasaktian pian. Jar habar, pian adalah urang nang paling sakti di pintangan sini? Kaharatan pian sampai ka wadah kami,” jar Datu Mastanian.

“Mun pian datang ka sini handak mauji kasaktian ulun, pian salah alamat. Wan juwa mun ulun sakti, ilmu ulun kada gasan diadu atawa diuji,” jar Datu Tungkaran barandah.

“Pokoknya Datu harus bakalahi kasaktian wan aku hari ne juwa,” jar Datu Mastanian pina mamaksa.

“Mun aku kada handak pang?”

“Aku kada pacangan bulik ka Tanah Jawa, aku hadangi di sini sampai pian hakun baadu kasaktian wan aku,” jar Datu nang matan Jawa ne.

“Bakalahi nang kaya apa nang ikam kahandaki?” jar Datu Tungkaran.

“Kita baadu bahaharatan bapatak haja?”

“Apa taruhannya?” jar Datu Tungkaran.

“Mun aku kalah, maka aku siap jadi murid pian. Tapi mun aku manang, pian harus umpat aku ka Tanah Jawa.

“Ayuha, mun kaitu. Siapa nang badahulu bapatak?” jar Datu Tungkaran.

“Aku!” jar datu nang matan Jawa ne.

Imbah baucap kaitu, kada sawat bakijip mata Datu Tungkaran ne, langsung hilang datu matan Jawa. Kada tahu ka mana hilangnya. Tapi bangaran Datu Tungkaran ne sakti, imbah babacaan sidin ne manjulurakan tangan ka tanah. Kada lawas, balah tanahnya. Sakalinya datu matan Jawa ne bepatak di bawah tanah. Ahirnya katahuan nam.

“Siap-siap ikam, ne giliranku pulang.”

Langsung hilang sidin ne matan pandangan mata Datu Mastanian. Kadada nang tahu ka mana sidin. Datu Mastanian mancari di higa-higa awak, bakuliling ka sana ka mari, kadada juwa tatamu. Sunyaan ilmu kasaktian sidin dikaluarakan, sampai inya mancarii ka parut iwak, ka parut sapi, ka parut kambing, wan parut sunyaan binatang, kadada tatamu juwa.

Imbah baharianan mancari, isuknya mancarii pulang, pukuknya habis dah ilmu nang sidin beisi dikaluarakan, tatap haja kada tatamu. Ahirnya datu matan Jawa ne manyarah kalah.

“Ui Datu Tungkaran! Kaluar haja lagi ikam! Aku manyarah kalah nah,” jar Datu Mastanian.

Imbah mandangar Datu Mastanian ne mangaku manyarah kalah, kaluar ai Datu Tungkaran matan wadahnya bapatak. Kada jauh kada sidin ne bepatak, di dalam parut Datu Mastanian.

“Pantas haja pang aku kada tahaga mancari, sakalinya di sini pang pian bapatak,” jar Datu Mastanian sambil manjapai ka parut.

Ahirnya imbah marasa kalah, Datu Mastanian mambayari taruhan wan janjinya maumpati Datu Tungakaran sabagai murid. Imbahtu Datu Tungkaran malajari muridnya ne wan ilmu hakikat, supaya kaina bahagia hidup dunia wan ahirat. Ilmu ngini juwa nang tarus dijajali ka Datu Mastanian supaya ampih sumbung wan pangarasan.

Dikisahakan beasa oleh Adum M. Sahriadi
Halaman FB: Negeri Sambang Lihum
http://banuahujungtanah.wordpress.com/2010/10/31/datu-tungkaran/

DATU TIMANG

PENDIRI KAMPUNG JORONG PELAIHARI DAN PENDIRI MESJID NURUL HUDA
DAN MAQAM BELIAU DI SAMPING KIRI MESJID
KALO KISAH ORNG DHULU BILA ADA ORNG YG MAU MELAHIRKAN TINGGAL MNGIRIMKAN TAWASUL KPDA BELIAU MKA AKAN LANCAR DALAM MELAHIRKAN

Fhoto dari saudara kita rahmadi rj’s
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=350031545128389&set=gm.213962222094847&type=1&relevant_count=1&ref=nf

Datu Kalaka

Ia amat disegani dan dihormati orang-orang di kampung itu karena ia menjadi pemimpin masyarakat di sana. Itu pula sebabnya ia diberi gelar datu oleh masyarakat.

Datu Kalaka disegani dan dihormati masyarakat, tetapi ia dibenci dan ditakuti Belanda. Ia sangat menentang Belanda dan memimpin perlawanan yang banyak meminta korban di pihak Belanda. Anehnya, walaupun pernah berkali-kali terkepung pasukan Belanda, Datu Kalaka selalu dapat meloloskan diri.

Tersebar berita di masyarakat, khususnya di kalangan orang Belanda, bahwa Datu Kalaka mempunyai kesaktian menghilangkan diri. Walaupun orang biasa dapat melihat, orang Belanda tetap tidak mampu melihat. Hal itu membuat penasaran pihak Belanda. Dengan segala tipu daya, mereka berusaha menangkap Datu Kalaka. Mereka menjanjikan hadiah besar bagi siapa saja yang mampu menyerahkan Datu Kalaka hidup maupun mati kepada pihak Belanda
Oleh karena itu, Datu Kalaka selalu pindah tempat tinggal untuk menghindarkan diri dari Belanda. Jadi, jika Belanda berusaha mencarinya di kampung pasti sia-sia. Akan tetapi, pada waktu-waktu tertentu, ia kembali ke rumah, berkumpul dengan keluarga dan masyarakat sekitar.

Karena sudah cukup lama Belanda tidak pernah datang ke kampungnya, Datu Kalaka merasa aman dan tidak perlu pindah tempat tinggal. Ia menetap di kampung sambil mengerjakan ladang dan kebun serta memimpin masyarakat.

Pada suatu hari, ketika Datu Kalaka sedang bersantai di rumah, ada orang datang memberitahu bahwa pasukan Belanda memasuki kampung. Tentu mereka akan menangkap Datu Kalaka.

Sebagai seorang datu, Datu Kalaka tidak mau menunjukkan kekhawatirannya di hadapan orang lain. Ia juga tidak ingin menyelamatkan diri sendiri jika masyarakat menjadi korban karenanya. Oleh karena itu, ia menyuruh penduduk menyelamatkan diri. Setelah itu, ia memikirkan cara untuk meloloskan diri. Sayang, tempat tinggalnya sudah dikepung Belanda. Tidak mungkin lagi ia lepas dari sergapan. Jika sampai tertangkap, ia tidak dapat membayangkan hukuman apa yang akan diterimanya. Mungkin ia akan disiksa, dikurung, bahkan dibunuh. Jika ia melawan, berarti bunuh diri.
Datu Kalaka tidak ingin ditangkap dan tidak mau mati konyol. Ia berpikir cepat dan memutuskan mengambil jalan nekat yang tidak masuk akal. Jika jalan yang ditempuh itu ternyata meleset, nyawa taruhannya.

Ketika pasukan Belanda memasuki kampung, mereka amat penasaran karena kampung sepi. Rumah-rumah kosong. Belanda marah dan melampiaskan kemarahan mereka dengan menghancurkan kampung itu. Mereka berpencar dan memeriksa segenap pelosok kampung.
Mereka kaget ketika tiba-tiba melihat suatu pemandangan aneh tapi nyata di suatu lorong. Sebuah ayunan raksasa! Kedua sisi kain panjang yang dijadikan ayunan itu diikat wilatung (sejenis rotan yang besar batangnya) ditautkan ke puncak betung (bambu besar) yang ada di kiri kanan lorong itu. Mereka amat terkejut ketika menengok ke dalam ayunan yang berada di tengah-tengah lorong. Di dalam ayunan itu terbaring dengan tenangnya seorang bayi raksasa sebesar ayunan. Bayi itu menatap serdadu Belanda yang berdiri di sekeliling ayunan, kemudian ia memejamkan mata. Ukuran bayi itu lebih besar dan panjang daripada ukuran orang dewasa yang normal. Seluruh tubuhnya ditumbuhi bulu, bahkan berkumis dan bercambang lebat.

Seluruh anggota pasukan Belanda gemetar ketakutan. Jika bayinya saja sebesar itu, apalagi orang tuanya. Pasukan Belanda pun hilang keberaniannya. Mereka segera meninggalkan bayi raksasa dan kampung yang telah kosong itu untuk kembali ke markas.

Bayi raksasa itu ternyata Datu Kalaka. Sebelum pasukan Belanda datang, ia sempat membuat ayunan. Kemudian, ia berbaring di dalam ayunan itu dan berlaku seperti bayi.

Di Kabupaten Hulu Sungal Tengah Propinsi Kalimantan Selatan sekarang masih ada sebuah desa bernama Kalaka. Konon, nama itu diambil dari nama Datu Kalaka. Di sana juga ada sebuah makam, menurut orang tua-tua makam itu makam Datu Kalaka. Makam itu luar biasa besarnya, jarak antara nisan yang satu dengan nisan lainnya kucang lebih dua meter. Orang percaya bahwa tubuh Datu Kalaka itu tinggi besar, lebar dadanya kurang lebih tujuh kilan (jengkal).


dongeng.org/cerita-rakyat/nusantara/datu-kalaka.html

Datu Ismail

Al Alimul fadhil Syekh KH Ismail Khathib bin Alimul fadhil Qadhi Syekh KH Ibrahim bin H.M.Shalih bin Alimul Alamah Khalifah KH.Zainuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Albanjari,yang biasa disebut orang setempat Kubah datu Ismail,disini banyak sekali maqam maqam ulama lainnya,seperti KH Abdul jalil yang merupakan ayah dari KH Seman jalil,juga ada disamping beliau (datu Ismail ) ada ponakan sekaligus menantu beliau yaitu Alimul fadhil KH Muhammad Arfan bin Habibah binti Alimul fadhil Qadhi KH Ibrahim bin Shalih bin Alimul Alamah Khalifah KH Zainuddi bin Syekh Muhammad Arsyad Albanjari ,kemudian juga ada maqam anak beliau Alimul fadhil KH Abdurrahman Ismail dan H.M.Zein (ayah dari Abu daudi atau H.M.Irsyad Zein),juga didekat beliau ada maqam saudara beliau H.M.Hamzah (biasa dipanggil datu Hamzah),kemudian juga ada maqam H.Abdullah Sani yang merupakan ayah dari guru Mukhtar yang biasa dipanggil dengan Abuya,juga maqam maqam cucu cucu beliau yang juga ulama,seperti H.Abdul Hamid dan H.Muhammad As ad.Itulah Berlian Berlian yang ada di Kubah Datu Ismail.

http://kulakulakita.blogspot.com/p/berlian-dalampagar_21.html             

Datu Harung

Sebagian besar warga Tanjung mengenal komplek makam Datu Harung yang berada di Kelurahan Pembataan, tidak jauh dari Mapolres Tabalong. Namun, mungkin belum banyak yang tahu bahwa di areal pemakaman keramat itu kini terdapat banyak makam para wali Allah.
Penasaran dengan kabar adanya makam para wali itu, TUNtas menyempatkan diri mengunjungi areal pemakaman tersebut. Kesan pertama yang didapat, komplek pemakaman ini terlihat bersih dan terpelihara dengan baik.
Di tempat itu sedikitnya tedapat 45 buah makam yang sudah diberi nama. Dari nama-nama itu diketahui bahwa kubur itu adalah makam para wali Allah yang semuanya berasal dari Timur Tengah. Ada yang berasal dari Mekkah (Arab Saudi), Madinah (Arab Saudi), Hadral Maut (Yaman), Iran dan Irak. Sebagian diantaranya telah dipasangi kain kuning sebagai tanda bahwa makam itu dikeramatkan.
Saat itu keadaan lagi sepi. Tidak ada seorang pun penziarah yang berada di pemakaman tersebut. Untuk mengobati rasa penasaran dan keingintahuan mengenai pemakaman ini, TUNtas terpaksa memanggil seorang warga yang kebetulan lewat di depan areal tersebut. Untungnya lelaki separuh baya itu bersedia diajak ngobrol dan tahu banyak tentang puluhan makam wali ini.
Menurutnya, dulu di tempat itu hanya ada kubur Datu Harung dan beberapa warga. Namun kini telah bertambah dengan adanya makam para wali yang diketahui melalui mimpi salah seorang warga. “Kabarnya ada warga yang bermimpi bahwa di tempat itu ada makam yang datang secara gaib,” jelasnya.
Dengan adanya mimpi itu, tambahnya, lalu ada yang berinisiatif membuat nisan dan membuat kuburan dari semen. Sejak itu pula banyak warga yang berziarah dan melakukan selamatan di areal pemakaman ini.
“Dulu ketika masih baru, orang mengadakan selamatan di sini. Tapi sekarang sudah jarang ada orang melakukannya,” pungkasnya. Namun ia tidak berani memastikan benar tidaknya kubur itu makam para wali.***

Penuh Nuansa Supranatural
Saat ini banyak orang sudah tak tahu akan adanya keramat para wali. Sebagian bahkan menganggap bahwa karamah para wali sama dengan tahyul, klenik, bahkan menyamakannya dengan perbuatan musyrik. Bahkan cerita tentang makam para wali banyak diselipi kejadian-kejadian supranatural.
 Di Mekkah ada makam Syeikh Nawawi Al Bantani (ulama wali ALLAH asal Banten yang jadi mufti mazhab Syafi’i di Masjidil Haram). Ketika pemerintah Bani Saud mau membangun fly over melewati makam tersebut, mereka mau membongkar makamnya dan menancapkan tiang pancang di sana. Hasilnya, semua alat berat mogok dan fly over terpaksa dibelokkan jadi mirip huruf S. Di Dumai, di situ ada juga makam yang tidak bisa dibongkar untuk dibuat jalan. Akhirnya pemerintah mengalah dengan membelah dua jalan melewati kuburan tersebut. Sejauh ini kurang jelas siapa yang dimakamkan di sana.
Sementara soal makam berpindah secara gaib tempat bukan hal baru di dunia. Umumnya, makam-makam itu adalah tempat bersemayam para wali. Hal ini tentu saja dengan ijin Allah SWT, karena jika Allah berkehendak, tidak ada yang tidak mungkin terjadi.***

Makam Para Wali di Komplek Pemakaman Datu Harung
-Al Habib Abdul Wahab (Pangeran Singa Terbang)
- Syech Rusman Alwi bin Bakar
- Al Harun bin Habsi (Pangeran Surya Negara)
- Syech Rahmat Alwi bin Bakar
- Syech Abdul Manan Al Sihab (Pangeran Badai Gurun)
-Syech Ja’far Umar
-Syech Zamaluddin Al Zailani
-Syech Abdullah Ali bin Abbas
-Syech Abdullah Al Hasim
-Syech Abdul Manan bin Bakar Al Hasim
-Syech Ali Usman Al Hasim
-Syech Abdulah Muksin
-Syech Mustakim Said  (Singa Padang Pasir)
-Syech Arif Rusman Abdul Gani
-Syech Rachman Sidik
-Syech Achmad Sidik
-Syech Zailani Sidik
-Syech Rusman Awaluddin Said
-Syech Rachmad Ali Usman
-Syech Hasbullah
-Habib Al Husin
-Habib Al Hadad
-Syech Hasan Al Wahid
-Habib Amir Al Husin
-Habib Zamaluddin Al Husin
-Siti Hamdah Ramlah Al Husin
-Habib Usman Al Husin
-Habib Said Al Husin
-Habib Zamal Al Husin
-Zulfikar (Pangeran Kertapati)
- Syech Rahmad Guzali
-Al Hamid bin Al Qatri (Pangeran Nusapati)
-Habib Rachman Alwi Mas’ud
-Habib Rachman Mas’ud
-Habib Abdullah Said
-Habib Achmad Rachman
-Syech Rachman Said Al Harun
-Syech Abdul Zeen Al Hasim
-Siti Raudah Al Rasid
-Syech Abdurahman Sidik
-Habib Ali Al Husin Al Said
- Habib Bakar Al Husin
-Syech Abdullah Alwi bin Abbas

-Habib Rasid Rachman bin Abbas
-Syech Syahruddin Halil Al Habsyi
- Habib Zamaluddin Al Husin
-Siti Hamdah Ramlah Al Husin
-Habib Usman Al Husin
-Habib Said Al Husin
- Habib Zamal Al Husin